TENTU YANG
dimaksud adalah kapal besar yang pernah ada di muka bumi ini yang akhirnya
tenggelam itu, Titanic. Kapal uap besar itu tumbang oleh kesombongannya pada
laut yang menyimpan kemungkinan-kemungkinan di balik kedalamannya, samudra
Atlantic. Tentang Titanic, saya dapat dari ilustrasi film luar biasa yang saya tonton
saat masih kelas 5 SD dulu (setelah nonton film itu, saya belajar menggambar
perempuan telanjang). Lama masanya saya mengira film ini tentang sekadar
tontonan 'dewasa', sebelum kemudian menontonnya kembali 18 tahun setelah itu.
Titanic digarap
oleh James Cameron (adalah juga yang menggarap The Terminator dan Avatar).
Film inilah yang meroketkan Leonardo Di Caprio dan Kate Winslet, tokoh utama
dalam film ini. Titanic oleh Cameron digambarkan lebih dari sekadar kapal
tenggelam dan perburuan berlian berharga berjuluk ‘jantung lautan’ yang hanyut
bersama kapal itu. Titanic adalah sebuah kisah cinta dan dilemanya dalam
pusaran borjuis vis a vis kaum papa. Titanic adalah ironi kelas sosial dalam
kehidupan, pada sebuah kapal. Kelas 3 di dek bawah dan kelas 1 di dek atas
dengan fasilitasnya yang memanjakan. Kelas 3 haram naik di dek atas, tidak
sebaliknya. Kelas 3 bisa bersanding dengan kelas 1, adalah seperti dapat kentut
malaikat (istilah dalam salah satu adegan film ini, saat Jack pertama kali
melihat Rose).
Adalah Jack
Dawson (Leonardo di Caprio), pria muda asal Irlandia yang energik, pelukis,
pengembara, miskin dan hidup tak menentu. Dia beruntung bisa turut serta di
keberangkatan perdana Titanic. Dia dapat tiket berlayar karena menang poker.
Nasib baik bagi seorang papa adalah keberuntungan dan berkah yang luar biasa.
“Saya mempunyai segalanya. Udara untuk bernapas. Kertas kosong untuk saya
gambari. Saya lebih suka bangun pagi tanpa tahu apa yang akan terjadi, apa yang
akan saya lakukan dan dimana saya akan berhenti,” katanya saat masuk di
lingkaran borjuis yang memandangnya remeh.
Justru
itulah yang mengundang keterpesonaan Rose Dewitt Bukater (Kate Winslet),
perempuan cantik yang jadi korban utang ayahnya. Nasibnya telah ditentukan oleh
cincin tunangannya dengan orang terkaya di kapal itu, Caleidon Hockley. Carl
adalah putra pengeclaim berlian jantung lautan yang berupa kalung itu. Kalung
itu dipersembahkannya pada Rose. Jantung lautan pernah dipakai oleh Raja Louis
XIX tapi hilang.
Jack and Rose. Foto : capture of Titanic |
Rose bosan
hidup di tengah rutinitas yang nyaris tanpa kejutan dan tantangan. Orang-orang
yang bicara seirama, minum-minum yang terjadwal, obrolan-obrolan tentang
kekayaan dan uang baru, dan pikiran-pikiran yang sama. Dia menemukan hidup
dalam diri dan pikiran Jack.
Rose gadis
pintar lulusan universitas. Dia penyuka karya Claude Monet, pelukis empiris
dari Perancis itu. Dia membawa koleksi lukisan itu bersamanya di Titanic. Dia
juga pengagum pemikian Sigmund Freud, filsuf yang mengenalkan psikoanalisa itu.
Lihatlah :
“Aku ingin
menyampaikan ukurannya. Dan ukuran berarti stabilitas, kemewahan, dan terutama
kekuatan,” kata penama kapal Titanic, Ismay.
“Apakah Anda
kenal Dr. Freud Tuan Ismay. Pikirannya tentang kesukaan pria terhadap ukuran
mungkin menarik bagi Anda,” olok Rose di sebuah perjamuan makan siang. Saat itu
mereka tengah dialog tentang hebatnya Titanic.
Rose bertemu
Jack ketika dia berusaha bunuh diri. Dia putus asa dengan hidup yang suram dan
tanpa warna itu.
Dia
tersentuh ketika menemukan Jack adalah pelukis jalanan yang peka terhadap
manusia-manusia sebagai objek yang digambarnya.
Pertemuan
hati keduanya membawa Jack masuk di lingkaran dek atas yang isinya kaum borjuis
yang otomatis dia tidak diterima dan dianggap bagai cacing tanah. Cintalah yang
mengaburkan batasan-batasan itu.
Kesombongan
borjuis itu akhirnya ditertawakan oleh kedua insan dimabuk cinta itu. Juga oleh
alam lewat laut yang sudah pasti menenggelamkan apa yang masuk di dalamnya.
Titanic menyerempet gunungan es dan pecah bagian bawahnya. Mereka besar dan
kuat tapi tak bisa belok cepat. Air meluber dalam kapal. Laut yang tenang itu
menunjukkan keperkasaannya yang tak bisa dilawan oleh apapun. Semua orang sama
di tengah tragedi itu. Siapapun tak lagi bisa memastikan apakah besok masih
bisa makan sambel atau tidak.
Tenggelam dalam dua jam. Foto : capture of Titanic |
Jack mati
pada akhirnya, setelah berjuang hingga titik terakhir bersama Rose. Mereka
mempertahankan hidup hingga Titanic benar-benar tenggelam. Perjuangan orang
papa memang untuk sebuah kekalahan. Rose tetap hidup. Dia saksi keberadaan dan
keluarbiasaan Jack. Jack yang tak terlupakan. Jack yang mengerahkan segalanya
hingga detik terakhir.
Yang penting
kau telah melawan, Nak Nyo!
Saya jadi
ingat kata-kata dalam dialog akhir roman agung Bumi Manusianya Pram itu, antara
Nyi Ontosoroh dan Minke.
Cerita cinta
di kapal besar itu diceritakan oleh Rose, 80 tahun kemudian, saat orang mencoba
menelusuri tregedi itu kembali. Pada mulanya pencarian jantung lautan, tapi cerita
Titanic bagi Rose adalah cerita cinta yang tak terlupakan. Cerita yang menjadi misteri sampai Rose mengungkapkannya. "Hati seorang wanita adalah lautan penuh misteri," kata Rose.
Bojonegoro, 21 Juli 2014
Posting Komentar