JANJI Joni adalah
film tentang film. Saya menontonnya dari menyewa VCD di sebuah persewaan di
tengah kota. Saya mendengar film ini dari seorang kawan saat masih di pesantren
dulu.
Seluruh kota seakan
sepakat untuk menggagalkan Joni, kata teman saya saat bercerita tentang Janji
Joni. Joni (Nicholas Saputra), adalah pengantar rol film yang mempunyai predikat
tidak pernah telat mengantar rol dari beberapa titik bioskop di kota itu. Satu set
rol film ada 6 rol dan 12 rol untuk film
India. Untuk dua bioskop ada satu set rol yang diatur waktunya bergiliran. Kalau
di bioskop A sedang memutar rol yang pertama, maka bioskop B memutar rol kedua.
Gantian. Nah, yang menyortir rol adalah Joni.
Suatu ketika dia
bertemu dengan perempuan cantik (Mariana Renata). Dia datang bersama pacarnya
yang bawel dan perfeksionis. Joni melihat mereka nampak tidak harmonis dan
kerap bertengkar. Adalah pandangan pertama. Joni merasakan sebuah debar di
dada. Pak Ucup (Gito Rolies), yang bekerja di dalam studio, bertugas memutar
rol, bilang padanya : Tempat paling indah bertemu kekasih adalah di tempat
kerja. Joni mendekati gadis cantik itu. Bicara sedikit dan memperkenalkan bahwa
dia pengantar rol yang tidak pernah terlambat. Bahwa pekerjaan sebagai pengantar adalah pekerjaan turun temurun keluarganya. Bapaknya tukang pos yang mengantarkan surat, kakeknya pengantar musik sewaan yang mengantarkan rasa cinta orang lain lewat lagu.
Saat Joni
menanyakan namanya, gadis itu tidak segera menjawab. Dia mengajukan syarat.
Kalau Joni datang tepat waktu alias tidak terlambat kali itu, akan diberitahu
namanya. Joni sepakat. Dan saat itu pula dia akan memberitahu namanya. Ini sebuah tantangan yang memacu Joni. Dan tentu saja dia yakin, karena tidak pernah terlambat.
Dan petaka demi
petaka menimpa Joni. Mulai motor yang dicolong, tersesat di taksi yang sopirnya
bencong dan istrinya sedang mau melahirkan, didaulat sebagai pemeran figuran
sebuah syuting film di jalan yang dilaluinya secara kebetulan, menjadi drumer
sebuah band, tasnya dicolong seniman edan, hingga pada akhirnya dia benar-benar
terlambat.
Kejadian demi
kejadian seakan tanpa jeda. Ini adalah triller. Ini adalah komedi. Ini adalah
romantisme. Lantas, apakah Joni bertemu dengan gadis itu lagi dan akhirnya bisa
tahu namanya? Itu tidak bisa saya ceritakan. Anda akan tahu kalau nonton
sendiri. Bakal terhibur deh. Anda juga akan tahu, jenis penonton apakah Anda.
Memang, ada paparan mengenai itu dan seakan-akan itu benar. Penonton
perfeksionis, penonton pengamat, penonton telmi, penonton penikmat, dll.
Prolog film juga
sudah menarik. Ada pernyataan gini : “Coba lihat sekeliling loe, tujuh dari
sepuluh orang akan mengaku pecinta film. Dan kalau loe mendekat, loe hampir
bisa mendengar mereka berpikir tentang film. Banyak mereka yang hidupnya
berubah setelah nonton sebuah film. Film mungkin adalah anugrah terbesar yang
diciptakan untuk manusia.”
Begitu.