Sebatas Menengok


sebuah bebuka


INI adalah blog saya yang baru. Lhoh? Ya, saya memang sudah punya blog. Tapi, dengan berbagai alasan, saya jarang memperbarui isinya. Alih-alih memperbarui, membuka saja jarang. Ketika akhir-akhir ini saya membukanya kembali, saya jadi malu sendiri dan timbul keinginan untuk kembali aktif menulis di blog secara rutin. Sesuatu yang baru biasanya membuat diri bersemangat, alasan yang konvensional sekali!

Kenapa tidak pakai blog yang lama? Hmm, saya anggap blog yang lama itu sudah purna. Anggap saja (saya menyeru pada saya sendiri) blog itu adalah masa lalu saya yang tidak serius. Saya amati banyak tulisan ngawur di sana dan saya pasti malu kalau orang membacanya. Banyak pula tulisan yang saya comot dari blog orang lain tanpa permisi dan tanpa mengutip sumber asalnya (bahasa sederhananya itu adalah sebuah pencurian).

Ah, rasa-rasanya kok saru saya sebut purna. Bagaimanapun itu tetap karya saya, seburuk apapun itu. Seperti buku harian yang tak selesai saya penuhi dengan tulisan, kesannya. Biar saja ia menjadi pengingat diri saya agar tidak kelewat congkak bila misalnya blog saya yang ini nantinya lebih bagus.

Blog baru ini saya beri nama 'sebatas menengok'. Mengapa? Tidak begitu filosofis sebenarnya, cuma sedikit nostalgia pada masa-masa sekolah dulu. Waktu itu adalah ketika saya sedang aktiv-aktiv dan pede-nya menulis. Saat itu saya punya sebuah majalah pribadi untuk mading sekolah yang saya namai 'sebatas menengok' tersebut. Saya menulis apa saja saat itu, cerita-cerita karangan stensilan satu halaman yang saya tulis tangan di selembar HVS, banyolan, kibulan, puisi, tanya jawab yang pertanyaannya saya tulis sendiri dan saya jawab sendiri, dan tulisan-tulisan lainnya. Saya masih ingat, betapa senangnya saya ketika melihat teman-teman, terutama yang cewek-cewek, gemrudug membaca tulisan saya. Mereka memuji-muji saya. Hidup saya terasa berarti sekali. Saya merasa diri saya benar-benar ada. 

Pada saat itulah, saya mematut-matut diri dan meyakinkan diri bahwa saya benar-benar bisa menulis. Saya dengan sok sekali, bilang pada diri sendiri bahwa saya ingin menjadi penulis. Saya segera sadar bahwa untuk bisa membuat tulisan yang baik saya harus belajar banyak. Cara yang paling efektif dan mudah dan murah menurut saya saat itu adalah meniru-niru tulisan yang menurut saya baik. 

Saya pungut tulisan-tulisan di koran bekas sisa bungkus nasi dan saya cari yang bagus kemudian saya tiru gayanya. Soal isi tentu lain halnya. Sekali lagi hanya soal gaya. Sudahlah, lain kali akan saya buat tulisan lagi mengenai itu.

Catatan ini hanyalah catatan biasa sebagai pemula blog baru saya. Ngeblog bagi saya itu penting ketika seseorang bersinggungan dengan dunia maya (baca; internet). Blog dalam pemahaman saya adalah sebuah rumah maya sedangkan surat kependudukannya adalah e-mail dan kendaraannya adalah facebook, twitter, friendster, dan lain-lain.

Mengapa Sebatas Menengok? Seperti namanya, Sebatas menengok bukanlah sesuatu hal yang  besar. Hanya menengok, karena saya rasa itulah yang saya mampu. Saya belum nyemplung betul, dalam setiap lema hidup ini, terhadap apa-apa yang tersaji di dunia maya ini, juga apa-apa yang ada di dunia tak maya ini. Saya dengan tertatih-tatih dan dengan pisau pikiran saya kecil dan ketul belum mampu membedah, baru melihat dan kemudian ragu-ragu untuk melakukan langkah selanjutnya. 

Salam!

Read More →

Páginas

 

Copyright © Sebatas Menengok | Powered by Blogger | Template by 54BLOGGER | Fixed by Free Blogger Templates